Langsung ke konten utama

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Skenario Peran


Satu peranan dalam panggung sandiwara kehidupan seharusnya given, diberikan, bukan diminta. Itulah yang menunjukkan fungsi hakiki seorang sutradara, memberikan peran. Pemain bertugas memainkan lakon. Kalau sang pemeran bersikukuh bertungkus-lumus menginginkan satu peran tertentu, maka panggung lakon akan kacau tak selesai. Pemain yang meminta peran dan mendikte sutradara, adalah pemain yang kurang ajar. Berulah dan mengacaukan pemeran-pemeran lainnya, hingga pementasan tak lagi menjadi sebuah karya indah melainkan kekacauan egoisme.

Pencaian satu peranan yang diberikan oleh sutradara kehidupan dunia nyata, memang tidak serta merta seperti dalam lakon sandiwara. Bedanya, naskah dalam lakon sandiwara diberikan di awal namun dalam panggung kehidupan, naskahnya sudah tertulis namun tidak secara gamblang bisa kita baca. Sifatnya given, tapi kita diminta untuk melakukan pencarian. Uniknya lagi, sang sutradara hanya menetapkan rambu-rambu dalam adegan, kita diminta untuk mencari satu peranan terbaik. Satu peranan yang merupakan lukisan sempurnanya diri kita, menjadi aktor dengan peranan terbaik.

Begitulah seorang muslim. Allah sebagai sutradara menurunkan Alquran sebagai sebuah panduan serangkaian adegan lakon kehidupan selama berada di panggung dunia, sifatnya given. Tapi dalam pengembangannya, dalam sifat given itu terhampar luas berbagai peranan-peranan untuk sampai pada cerita yang utuh tentang manusia sebagai lakon Tuhan di bumi. Semua peranan, selama itu sesuai dengan panduan Alquran, maka tidak ada masalah. Seorang tukang sayur selama berpegang pada Alquran, tetap bisa dinominasikan pada penghargaan piala syurga, apalagi dengan aktor utama seperti penguasa negara, guru bangsa dan juga ulama pemimpin umat.

Dalam proses pertumbuhan umur manusia, ada saja yang tidak pernah menemukan satu peranan yang Allah telah siapkan untuknya. Mungkin ada yang semenjak beranjak dewasa ia sudah tahu satu peranannya, tapi kita tidak bisa menutup mata, terlalu banyak umat manusia yang berperan dalam topeng kepura-puraan dan kemungkarannya terhadap sutradara. Mereka berperan tidak sesuai dengan kompetensi fitrahnya, sehingga yang terjadi adalah kegelisahan, ketakutan dan kematian peranan. Tak berfungsi membaguskan cerita kehidupan, malah menjadi biang rusaknya ruh kehidupan. merekalah yang memakan peranan orang lain untuk kesenangan pribadinya.

Terkadang, menemukan satu peranan kita itu memang tidak serta merta datang tiba-tiba. Di situlah pencarian peran itu menjadi tugas kita, tugas belajar dan mencari satu peranan yang akan menghantarkan diri kita menjadi nominator peraih piala syurga, yang diberikan langsung oleh penguasa hari kebangkitan, Allah swt. Saya teringat sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Robbie Williams, ‘Better Man”: As my soul heals the shame / I will grow through this pain / Lord I'm doing all I can / To be a better man. “Tuhan, aku melakukan yang terbaik yang aku bisa, untuk menjadi pemeran terbaik bagimu, di dunia. Amin”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Penguin

—untuk Malamku Ini takdir, bukan keberuntungan. Aku membuka lembaran masa lalu. Menelisik di sudut-sudut catatan, di bagian mana perasaan ini pernah tumbuh. Kutemukan waktu seperti garis zigzag yang kadang naik, membawaku pada pertemuan bersama seseorang. Kemudian garis itu turun, membentangkan lembah perpisahan. Tersisa hanya memori juga kenangan. Pernah aku semangat berangkat sekolah karena merindukan pertemuan. Seperti pemuda tanggung lainnya, aku pernah menuliskan dua buah nama dengan tanda “&” di tengah-tengahnya. Namun kau tahu, keberanianku hanya sebatas itu. Ada tunas malu yang semakin hari semakin besar tumbuh dalam diri. Dan hanya malam tempatku bercerita. Sampai akhirnya seseorang itu pergi aku juga pergi. Di tempat-tempat baru aku bertemu wajah-wajah. Sebagian mereka hadir menyapa hati, menghangatkan sesaat kemudian pergi berjalan di belakang waktu. Mulutku yang diam mematikannya perlahan, hingga ia hanya lewat. Menyisakan sisa-sisa ingatan. A

Langit

Perhatikan alam sebagai wakil kesempurnaan. Seorang guru pernah bercerita bahwa nyanyian kehidupan serupa langit. Ada saatnya terang benderang cerah bercahaya. Ada kalanya kelam, titutupi awan gelap. Di waktu lain, langit ditutup awan putih. Namun awan gelap tidak merubah langit jadi hitam. Awan putih tak membuat langit jadi putih. Apapun yang terjadi, langit tetap biru. Bergiliran dualitas kehidupan terus hinggap di diri-diri kita. Sedih-bahagia, susah-senang, lemah-kuat, sakit-sehat. Seumpama siang-malam yang terus berputar. Merujuk kepada langit, ketika bahagia datang, seumpama gumpalan awan putih melenggang di cerahnya matahari, membawa keteduhan, membawa kesejukan. Namun seperti sewaktu awan kelam datang, kesedihan juga menjadi bagian tak terelakkan. Ia pasti tetap akan datang. Mengelak dari dualitas itu, sama halnya melukis samudera tanpa gelombang. Ujian berupa gelombang akan terus berdatangan silih berganti. Terus-menerus. Akan tetapi ada satu hal yang harus k