Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 15, 2012

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Pilihan

Dua jalan ambang pilih selalu berujung cabang sama-sama pipih berbaris orang di atas bulu tujuan tertuju tak jelas pintu replika kecil neraka hulu Terbakar di dalam tanpa satu pun wadah tuk bercerita hanya ada wajah-wajah berbayang yang hanya lukisan terpajang mendengar tapi tak mendengar Kata lembut tak pernah datang dalam dunia yang tak pernah tenang dengan cita yang terus terbang mencari perisai tuk berkata lantang aku ada untuk menang Hanya ada bisik berisik menelisik hati tuk terus bergidik gemetar kaki juga kungkungan bilik menutupi matahari yang sedang naik hingga perjuangan tak lagi punya lirik  Klaten, 19/07/2012

Berpisah Sejenak

Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. [Hasan al-Banna] Dalam ceramahnya menjelang bulan ramadhan, Hasan al-Banna pernah berujar, “Sejauh yang saya ingat,” kata dia kepada ribuan jamaah yang memadati kajian rutin malam selasa, “ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat 'Id.” Al-Banna menerangkan betapa para pendahulu yang shalih itu merasakan betul bahwa ramadhan adalah bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam). Oleh kareanya, mereka ingin menyepi dalam kekhusuan, dalam ketundukan, dalam keheningan. “Kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.” Perputaran bulan mengantarkan kita kembali ke pintu gerbang ramadhan. Sebuah kesempatan besar di depan mata untuk merengkuh kesejukan setelah perjuangan hidup selama berbulan-bulan. Ada lonceng kecil dalam hati berbisik, ini