Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 5, 2012

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Berita

Berita adalah medium yang unik. Dia bisa membawa apa saja; bahagia, sedih, kecewa, semangat bahkan juga maut. Berita hanya biasa-biasa saja tapi juga bisa luar biasa, mengubah jalan hidup seseorang—dalam hitungan detik. Sesaat setelah informasi berupa gelombang itu menyentuh gendang telinga, hidup seseorang telah berubah. Seperti Nabi Muhammad SAW yang mendapat berita dari Jibril. Atau juga seorang anak yang mendapat berita kematian ayahnya—mendadak. Tapi berita juga bisa menjadi alat manipulasi yang hebat. Kotak penyihir yang disebut TV lebih banyak menjadi gerbang keluarnya mantra-mantra manipulatif. Membawa gelombang arus besar hipnotis yang kadang melalaikan, membohongkan kebenaran, dan membenarkan kebohongan. Meninggikan kerendahan dan merendahkan ketinggian. Berita memang unik, ia bisa berupa apa saja; bisikan, ilham, gambar, juga tulisan. Tapi kadang kita tidak tahu apakah berita yang kita konsumsi itu, baik atau buruk, benar atau bohong. Seperti juga tulisan yang

Pengecut

Kepengecutan terbesar adalah ketidak jujuran kepada diri sendiri. Dan kata lain dari sikap seperti itu adalah ‘Pembohong’. Bagaimana bisa kau menyukai warna merah, tapi kau mentatto seluruh bagian tubuhmu dengan warna biru. Dan kata lain dari sikap seperti itu adalah ‘Munafik’. Terlebih lagi kalau kau gunakan kata demi kebaikan bersama, demi orang lain, demi teman, demi keluarga, hell yeah, demi agama, dan dedemit demi yang lainnya. Dan apakah kau tahu kepengecutan yang lebih besar dari itu? Adalah saat kau menggunakan orang lain sebagai tumbal dari kepengecutan kalian yang berupa kebohonan dan kemunafikan. Kau tidak lebih dari apa yang Tuhan pernah sebutkan sebagai pemakan bangkai saudaranya sendiri. 08/02/2012 *Gambar diambil dari sini