Langsung ke konten utama

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Lamaran Kematian

Tak tahu apa kata sifat yang tepat untuk menggambarkannya. Seperti seorang anak kecil yang menemukan tempat persembunyian baru; persembunyian yang tak seorang pun tahu. Persembunyian berupa dunia yang dipahami semua orang, tapi mereka tak merasakannya. Persembunyian yang letaknya di tempat sederhana, namun hanya segelintir orang yang bisa memanggilnya. Mirip ruang latihan sihir Harry Potter dan laskar Dumbledor-nya.

Ah, semuanya adalah skenario Allah. Dan tidakkah kita tahu, bahwa skenario Allah adalah skenario terbaik. Hanya saja, aku sedang berusaha mencari hikmah dari sebuah ruang baru, yang Allah bukakan rasa dan aromanya—untukku.

Tidak mudah mempercayainya—maksudku meyakininya. Aku percaya bahwa itu ada, tapi sebenarnya—aku bisa jadi—belum yakin. Tapi Allah selalu punya cara, ketika ia menginginkan kita tahu dengan yakin. Yah, lewat kejadian-kejadian, lewat perantara teman, lewat perantara bukti yang bisa dirasakan. Allah... betapa kecil hamba di hadap-Mu.

Terimakasih Allah, satu tabir baru telah Engkau bukakan lagi. Kali ini tidak lewat buku, tapi lewat kejadian. Aku hanya bisa berfikir lagi dan berfikir. Merefleksikan apa yang terjadi pada saudara saya kepada diri saya. Oh, betapa segalanya mungkin. Pertarungan antara kebathilan dan kejahatan, pertarungan antara tauhid dan kekufuran, pertaraungan antara peradaban Islam dan peradaban jahiliyah. Pertarungan yang tak pernah usai, sampai tiba hari saat Ibu melupakan anak dalam susuannya.

Satu hal, Allah, yang bisa hamba petik dari pengalaman hari ini, saya harus segera menyelesaikan dan memantapkan hati terhadap lamaran kematian hamba. Pelajaran kejadian ini menyadarkan hamba bahwa kematian yang pasti itu, harus ditentukan cara dan jalannya. Dari kejadian ini, hamba semakin sadar bahwa, Aduwwum mubin, musuh yang nyata itu telah menjelma sejelma-jelmanya musuh. Dia selalu mengintai dan sedang menodongkan pistolnya—ke kepala hamba.

Genderang perang yang sudah berlangsung berabad-abad, hari ini hamba baru merasakan benar-benar menjadi bagian darinya. Dan hamba syukuri itu. Hamba sekarang telah memilih—masuk ke barisan yang mana. Merasakan menjadi bagian yang akan mati bersama barisan itu. Allah, betapa indah ketika itu datang. Terngiang senyum Hamzah, sebentuk sunggingan kebahagiaan Ja’far.

Tak tahu lagi apa yang harus saya ungkapkan, saya hanya ingin menutup tulisan ini dengan ajakan kepada saudara-saudara saya, Agung, Ario dan yang lainnya. Marilah saudaraku, kita memantapkan lamaran kematian kita. Kita pasti mati! Dan, mati di tangan musuh Allah sepertinya adalah opsi yang sangat menggiurkan—betul  kan, saudaraku?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaknai Ulang Framework Bisnis

  Selesai acara Gadaipreuner Lombok 2024 kemarin, saya sambil nyetirin Mas J sempat ngungkapin;  "Saya yang ngikutin Mas J dari 2019 pun, baru benar-benar memahami pentingnya mengikuti satu framework di tahun 2024!"  Butuh waktu 5 tahun bagi saya untuk benar-benar secara 'kaffah' mengikuti mazhab formula (framework bisnis pemula) yang digagas Mas J.  Saya kasih tanda petik pada kata kaffah, bukan berarti saya setengah-setengah mengikuti Formula, saya bahkan tidak pernah punya mentor bisnis lain selain Mas J.  Terus kenapa 5 tahun?  "The teacher will appear when the student is ready." kata Mas J ngutip Tsung Zu.  Karena memang sayanya yang goblok, lama sekali baru paham. hehehe... Tapi ilustrasinya gini,  Saya mulai bisnis dari modal nekat aja, gak ngerti mau kemana, gak ngerti harus belajar dari mana.  Di masa bertahun-tahun itu, saya seperti berada lorong gelap labirin dengan percabangan jalan yang luar biasa banyak. Di setiap belokan banyak sekali jebaka

Penguin

—untuk Malamku Ini takdir, bukan keberuntungan. Aku membuka lembaran masa lalu. Menelisik di sudut-sudut catatan, di bagian mana perasaan ini pernah tumbuh. Kutemukan waktu seperti garis zigzag yang kadang naik, membawaku pada pertemuan bersama seseorang. Kemudian garis itu turun, membentangkan lembah perpisahan. Tersisa hanya memori juga kenangan. Pernah aku semangat berangkat sekolah karena merindukan pertemuan. Seperti pemuda tanggung lainnya, aku pernah menuliskan dua buah nama dengan tanda “&” di tengah-tengahnya. Namun kau tahu, keberanianku hanya sebatas itu. Ada tunas malu yang semakin hari semakin besar tumbuh dalam diri. Dan hanya malam tempatku bercerita. Sampai akhirnya seseorang itu pergi aku juga pergi. Di tempat-tempat baru aku bertemu wajah-wajah. Sebagian mereka hadir menyapa hati, menghangatkan sesaat kemudian pergi berjalan di belakang waktu. Mulutku yang diam mematikannya perlahan, hingga ia hanya lewat. Menyisakan sisa-sisa ingatan. A

Langit

Perhatikan alam sebagai wakil kesempurnaan. Seorang guru pernah bercerita bahwa nyanyian kehidupan serupa langit. Ada saatnya terang benderang cerah bercahaya. Ada kalanya kelam, titutupi awan gelap. Di waktu lain, langit ditutup awan putih. Namun awan gelap tidak merubah langit jadi hitam. Awan putih tak membuat langit jadi putih. Apapun yang terjadi, langit tetap biru. Bergiliran dualitas kehidupan terus hinggap di diri-diri kita. Sedih-bahagia, susah-senang, lemah-kuat, sakit-sehat. Seumpama siang-malam yang terus berputar. Merujuk kepada langit, ketika bahagia datang, seumpama gumpalan awan putih melenggang di cerahnya matahari, membawa keteduhan, membawa kesejukan. Namun seperti sewaktu awan kelam datang, kesedihan juga menjadi bagian tak terelakkan. Ia pasti tetap akan datang. Mengelak dari dualitas itu, sama halnya melukis samudera tanpa gelombang. Ujian berupa gelombang akan terus berdatangan silih berganti. Terus-menerus. Akan tetapi ada satu hal yang harus k